Ia menegaskan, Indonesia termasuk negara yang cepat dalam merealisasikan program MBG. Jika dibandingkan dengan negara lain, mereka butuh belasan hingga puluhan tahun agar program MBG ini bisa terealisasi.
“Ini program harus kita pertahankan, karena ini programnya baik. Ini program pertama di dunia yang bisa direaliasikan dalam waktu cepat. Di negara lain untuk merealisasikan program ini butuh belasan bahkan puluhan tahun. Kita di Indonesia insyaallah setahun seluruhnya dicover. Mungkin ada kekurangan, tapi itu perlu perbaikan,” tutur Andre.
Adanya kekurangan di dalam program ini ke depan, kata Andre perlu ada perbaikan. Pembatalan program ini bukanlah solusi yang tepat, karena hingga saat ini sudah banyak masyarakat yang menerima manfaatnya.
“Bukan justru karena kekurangan malah program ini dibatalkan, tapi program ini diperbaiki. Sudah 30 juta orang penerima manfaat, mulai dari anak sekolah, ibu hamil, balita, dan ibu menyusui. Begitu luar biasa manfaatnya. Yang bekerja pun adalah warga di sekitar dapur,” tegas Andre.
Andre yakin kebanyakan masyarakat mendukung agar program MBG terus dilaksanakan. “Saya sudah banyak cek di sejumlah dapur, mereka rata-rata senang dengan program ini. Karena itu program ini harus kita kawal, kalau ada yang kurang kita evaluasi,” ucap Andre.
Senada dengan Andre Rosiade, Bupati Solok Jon Firman Pandu mendorong agar program MBG ini tetap dilanjutkan di Kabupaten Solok. Kendati belum ada kendala berarti seperti kasus keracunan, Jon memastikan ke depan akan terus dilakukan penyempurnaan dari program Presiden Prabowo Subianto ini.
Jon juga mengingatkan agar pekerja di SPPG bekerja dengan baik sesuai dengan SOP yang sudah ditetapkan.
“Pak Andre khusus datang ke Solok untuk menyaksikan program MBG. Jadi bekerja hati-hati dan semangat jangan sampai ada keracunan,” pesan Jon Pandu kepada pekerja di SPPG Batang Barus. (rdr)
















