Program CKG juga menekankan peran keluarga dan sekolah. Orang tua diminta mengawasi pola tidur dan makan anak, serta mendampingi penggunaan digital. Sekolah didorong mengadopsi kurikulum kesehatan mental dan kegiatan fisik rutin.
Salah satu peserta, Abimayu, mengaku mendapat wawasan baru dari kegiatan ini.
“Awalnya saya kira kesehatan cuma soal fisik. Sekarang saya paham pentingnya menjaga kesehatan mental dan pola hidup sejak remaja,” ungkapnya.
Secara nasional, data Riskesdas 2023 mencatat prevalensi depresi remaja sebesar 6,2%, kecemasan 9,8%, obesitas 23%, dan hipertensi usia muda 8%. Angka ini sejalan dengan temuan CKG di Sawahlunto.
Program ini juga mendukung kebijakan nasional, khususnya Program Hasil Terbaik Cepat (PHTC) dari Presiden Prabowo Subianto, yang menekankan deteksi dini penyakit tidak menular dan kesehatan mental remaja.
Dengan capaian 22,85 persen, Sawahlunto melampaui rata-rata nasional (18%) dan provinsi Sumbar (20,3%), sekaligus menjadi model percepatan layanan preventif kesehatan remaja di daerah. (rdr/ant)

















