“Masjid harus ramah perempuan, lansia, disabilitas, dan musafir. Kita ingin masjid menjadi pusat peradaban umat,” ujarnya.
Kemenag juga mendorong pengembangan masjid percontohan di jalur lintas sebagai pusat pelayanan ibadah yang inklusif dan nyaman bagi semua kalangan.
Ketua MUI Kabupaten Solok menyebut kegiatan ini merupakan wujud nyata sinergi antara ulama dan pemerintah dalam memperbaiki kondisi sosial masyarakat.
“Kami ucapkan terima kasih kepada Pemkab Solok atas dukungan penuh kegiatan ini. Ini bukti kolaborasi ulama dan umara yang perlu terus dijaga,” katanya.
Kegiatan ini diikuti 76 peserta dari MUI, Muhammadiyah, Tarbiyah, NU, serta para tokoh dari tingkat kecamatan dan nagari. MUI juga menghadirkan dua narasumber, yakni Huriyatul Akmal, M.Si dari UIN Imam Bonjol Padang, dan Buya Gusrizal Gazahar dari MUI Provinsi Sumbar.
“Ilmu dari narasumber harus jadi bekal dan pedoman dalam pembinaan masjid. Kita harus bergerak bersama secara berkelanjutan,” tutup Ketua MUI Kabupaten Solok. (rdr)

















