Di wilayah Selat Sunda, BMKG telah memasang:
- 17 sensor gempa untuk mempercepat informasi kegempaan,
- 22 sensor muka laut untuk konfirmasi terjadinya tsunami,
- 2 unit Automatic Weather System (AWS),
- 2 radar maritim untuk pemantauan kondisi laut,
- 15 alat penerima peringatan dini tsunami (WRS) generasi terbaru,
- dan menggelar 9 kali edukasi mitigasi tsunami melalui Sekolah Lapang Gempa dan Tsunami.
Sementara itu, untuk zona megathrust Mentawai-Siberut, BMKG juga telah memperkuat perangkat mitigasi di Provinsi Sumatera Barat dengan:
- 33 sensor gempa,
- 6 sensor muka laut,
- 5 sirene tsunami untuk perintah evakuasi,
- 22 WRS (alat penerima peringatan dini tsunami) generasi terbaru,
- serta 6 kali edukasi mitigasi tsunami dalam bentuk sekolah lapang.
Dalam paparannya, Pepen juga mengulas sejumlah kejadian gempa dan tsunami besar yang pernah melanda wilayah Sumatera Barat, di antaranya:
- Tsunami Sumbar (1797)
- Tsunami Sumatera (1833)
- Tsunami Air Bangis (1861 & 1885)
- Tsunami Inderapura (1861)
- Tsunami Simeulue (1907)
- Tsunami Mentawai (2010)
Dari seluruh peristiwa tersebut, setidaknya 2.200 korban jiwa tercatat. Peristiwa paling mematikan terjadi di Air Bangis, Kabupaten Pasaman Barat pada 1861, di mana 700 orang dilaporkan meninggal dunia.
Langkah antisipatif BMKG ini diharapkan mampu memperkuat kesiapsiagaan masyarakat dan mempercepat proses evakuasi apabila bencana megathrust benar-benar terjadi. (rdr/ant)

















