Selain itu, variasi kecepatan seismik menunjukkan fluktuasi kecil di sekitar nol, dengan nilai koherensi medium di dekat permukaan berada pada rentang 0,63–0,80. Ini menunjukkan tekanan di tubuh gunung tergolong kecil, meski kondisi medium dinilai belum stabil sepenuhnya.
Data lain yang diamati adalah fluks (laju emisi) sulfur dioksida (SO₂). Selama periode pengamatan, emisi SO₂ kerap tidak terdeteksi oleh satelit Sentinel karena tertutup awan. Terakhir kali terukur pada 11 September 2025 sebesar 23 ton per hari—angka yang masih tergolong rendah.
“Evaluasi menunjukkan aktivitas Gunung Marapi masih bersifat dinamis atau fluktuatif,” ujar Wafid.
Ia mengingatkan bahwa potensi letusan tetap ada, mengingat masih terdeteksi adanya pasokan fluida atau magma dari kedalaman tubuh gunung. Karena itu, masyarakat diminta untuk tetap waspada dan mengikuti semua rekomendasi dari Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG). (rdr/ant)

















