Uya Kuya juga mengambil langkah serupa setelah menjadi sorotan akibat aksinya berjoget di dalam Gedung DPR, sesaat setelah diumumkannya kenaikan gaji dan tunjangan anggota dewan. Aksi itu viral di media sosial dan dianggap sebagai bentuk arogansi serta ketidakpekaan terhadap kondisi ekonomi masyarakat.
“Saya, Uya Kuya, menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya. Tulus dari hati saya yang paling dalam untuk masyarakat Indonesia atas apa yang terjadi beberapa hari terakhir ini,” ucap Uya dalam video klarifikasinya.
Pengamat komunikasi politik, Hendri Satrio, sebelumnya menyarankan agar para politisi yang memicu keresahan mempertimbangkan untuk mundur. Menurutnya, ini adalah langkah strategis sekaligus bentuk tanggung jawab moral terhadap rakyat.
“Pilihannya tinggal mundur dan mendengarkan rakyat, atau bertahan sampai situasinya makin panas,” ujar Hendri.
Mundurnya Eko Patrio dan Uya Kuya menandai babak baru dalam dinamika politik nasional. Langkah ini dipandang sebagai respons terhadap tekanan publik yang masif dan peringatan keras terhadap pejabat publik lain agar lebih berhati-hati dalam bersikap dan berucap. (rdr/suara)

















