Menurut Andre yang paling penting dari turnamen ini adalah bagaimana dirinya berkontribusi membantu bangkitnya bibit-bibit sepakbola Indonesia. “Saya punya keyakinan kalua kita serius mengurus kompetisi usia muda, membenahi kompetisi liga satu, kompetisi liga satu kita bebas mafia, berkualitas dan professional, akan memunculkan pemain timnas yang tangguh sehingga kita tidak perlu lagi 2034 pemain-pemain naturalisasi,” tegas Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang (IKM) ini.
Karena selama ini kata Andre, Indonesia tidak punya kompetisi usia muda yang berjenjang yang mampu membuat para pemain timnas kita terasah dan teruji. “Itulah beda kita dengan Korea dan Jepang. Mungkin di U-16 dan U-17 kita bisa mengalahkan Korea dan Jepang tapi di senior kenapa kita kalah. Karena di Jepang dan Korea punya kompetisi kelompok umur yang mengasah U-16 dan U-17 mereka untuk sampai di tingkat senior. Ini yang harusnya dibenahi PSSI ke depan supaya 2034 dan seterusnya kita tidak lagi bergantung mencari pemain naturalisasi,” ulas Andre.
Andre menegaskan dirinya tak anti-naturalisasi. Ia ingin PSSI mulai memikirkan untuk kepentingan pemain timnas jangan panjang. Karena jutaan anak Indonesia juga punya mimpi menjadi pemain Timnas.
“Itulah yang harus menjadi prioritas PSSI, bukan memikirkan naturalisasi. 2026, 2030 saya memahami butuh naturalisasi karena memang ada disparitas kita. Tapi mohon maaf 2034 dan seterusnya saatnya anak-anak Indonesia. Ini masih ada kesempatan 9 tahun lagi.PSSI harus bikin kompetisi kelompok umur untuk memastikan pemain kita dari U-16 dan U-17 sampai ke senior punya fasilitas kompetisi kelompok umur. Kalau kompetisi yang sehat dan berjenjang kita siapkan, kita gak akan kalah lawan Jepang dan Korea ke depannya,” tutur Andre. (rdr)
















