Kedua psikolog ini menegaskan pentingnya peran orang tua dalam membentuk kebiasaan menonton yang sehat. Beberapa strategi yang disarankan antara lain buat aturan waktu menonton; anak sekolah maksimal 1–2 jam per hari sedangkan anak usia di bawah 2 tahun sebaiknya tidak terpapar layar sama sekali. Pilih tayangan sesuai usia dan nilai. Gunakan fitur parental control atau tonton bersama anak. Jadwalkan waktu menonton, bukan asal menyalakan TV. Ciptakan zona bebas layar, misalnya saat makan atau sebelum tidur.
“Orang tua bisa memanfaatkan momen menonton untuk berdiskusi dengan anak. Tanyakan pendapat mereka dan luruskan jika ada konten yang tak sesuai,” ujar Vera.
Tak kalah penting, orang tua juga harus memberi contoh. “Kalau ingin anak membatasi waktu menonton, orang tua juga harus melakukan hal yang sama,” tambahnya.
Panduan Menonton Berdasarkan Usia Anak
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan berbagai asosiasi dokter anak internasional menyarankan panduan screen time sebagai berikut:
- 0–2 tahun: Sebaiknya tidak terpapar layar sama sekali, kecuali video call sosial
- 2–5 tahun: Maksimal 1 jam per hari, harus tayangan edukatif dan didampingi
- 6–12 tahun: 1–2 jam per hari, pilih konten yang mendidik (kartun anak, eksperimen sains, dokumenter ringan)
- 13–17 tahun: Boleh menonton kategori 13+, namun tetap perlu diskusi dan pendampingan
“Yang terpenting bukan hanya apa yang ditonton, tapi juga bagaimana dan dengan siapa anak menontonnya,” pungkas Ratih. (rdr/ant)

















