SRG yang dijuluki sebagai “museum hidup” ini memang menyajikan suasana kampung adat yang masih terjaga. Deretan rumah gadang yang megah berpadu dengan nuansa pedesaan yang tenang, menawarkan pengalaman tak terlupakan bagi para pengunjung.
Malam hari, kawasan ini menjadi tempat ideal untuk menikmati langit berbintang, sementara sore hari menyajikan cahaya sempurna untuk mengabadikan keindahan rumah adat berusia ratusan tahun tersebut.
Kegiatan ini juga memperkuat posisi Seribu Rumah Gadang sebagai destinasi unggulan budaya di Sumatera Barat, sekaligus etalase budaya Minangkabau yang layak dikenal dunia.
Setelah mendarat di Bandara Internasional Minangkabau pada Jumat (15/8), rombongan peserta melanjutkan perjalanan darat ke Solok Selatan. Selain parade adat, mereka juga mengunjungi sentra seni kriya tradisional dan direncanakan mengikuti upacara HUT ke-80 RI bersama warga setempat.
Dari Revitalisasi ke Daya Tarik Wisata
SRG berdiri di lahan seluas 23,6 hektare di ketinggian 430 mdpl. Kawasan ini mulai direvitalisasi setelah dicanangkan Presiden Joko Widodo pada 9 Februari 2018 bertepatan dengan Hari Pers Nasional di Padang.
Restorasi rumah gadang dilakukan bersama masyarakat adat dengan tetap mempertahankan bentuk arsitektur aslinya. Kini, kawasan tersebut dilengkapi dengan Menara Songket, panggung pertunjukan, pusat informasi, pusat cenderamata, dan fasilitas pendukung lainnya.
Tak hanya kaya budaya, Solok Selatan juga dikenal sebagai gerbang pendakian Gunung Kerinci — gunung tertinggi di Sumatera — menambah daya tarik kawasan sebagai destinasi wisata alam dan budaya. (rdr/ant)





















