Rudy mengimbau masyarakat untuk menghentikan praktik tersebut karena dampaknya bisa sangat merusak. “Sejauh ini belum ada tersangka karena fokus utama kami masih pada pemadaman,” katanya.
Proses pemadaman karhutla cukup menantang karena medan yang curam dan sulit diakses kendaraan darat. Oleh karena itu, upaya modifikasi cuaca dengan bantuan pesawat menjadi opsi utama.
“Kondisinya sangat terbatas, tidak mungkin mobil pemadam menjangkau titik api,” jelas Rudy.
Dari pemantauan aplikasi SIPONGI+ (Sistem Pemantauan Karhutla), tercatat ada 50 titik api (hotspot) di Sumbar sepanjang 1 hingga 25 Juli 2025, dengan tingkat kepercayaan di atas 80 persen. (rdr/ant)





















