Selain harimau sumatra, konflik juga melibatkan beruang madu (Helarctos malayanus), tapir (Tapirus sp.), kucing mas (Caracal aurata), dan macan dahan (Neofelis nebulosa).
Hartono menyebut konflik antara manusia dan satwa dipicu oleh sejumlah faktor, antara lain menipisnya sumber makanan di hutan, perambahan dan pembukaan hutan secara ilegal, perburuan liar dan limbah makanan manusia yang menarik perhatian satwa
“Masyarakat juga perlu waspada, karena sisa makanan seperti daging yang dibuang ke sungai dapat menjadi pemicu satwa mendekat ke permukiman,” imbuhnya.
BKSDA Sumbar terus mengimbau masyarakat untuk tidak memelihara satwa liar serta melaporkan jika melihat keberadaan satwa yang masuk ke area permukiman. (rdr/ant)

















