“Talent pool untuk empat klub sudah cukup. Kita bisa ambil dari pemain timnas yang tidak masuk starting line-up, pemain diaspora, bahkan pemain asing dari Belanda atau Jepang yang ingin bermain di sini,” jelasnya.
Jika turnamen ini mendapat respons positif dari publik dan sponsor, PSSI membuka peluang untuk memperluas format kompetisi pada musim-musim berikutnya.
Vivin juga menanggapi soal regulasi AFC yang mendorong klub profesional memiliki tim putri. Menurutnya, regulasi tersebut belum sepenuhnya diwajibkan bagi klub Asia Tenggara.
“Kami sudah berkoordinasi dengan AFC. Regulasi soal tim putri dalam club licensing lebih bersifat imbauan, belum terlalu ditegakkan secara ketat,” tuturnya.
Ia menjelaskan bahwa di beberapa negara Asia Tenggara seperti Filipina, Myanmar, dan Thailand, tim putri tidak selalu menyatu dengan klub Liga 1, dan bisa saja mewakili provinsi atau entitas berbeda.
“Yang penting adalah kontinuitas dan keseriusan dalam membangun ekosistem sepak bola putri ke depan,” pungkas Vivin. (rdr/ant)
















