Andre mengatakan, pembangunan industri baterai yang terintegrasi dari tambang nikel hingga produksi sel baterai akan menjadi titik balik bagi ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil.
“Program hilirisasi ini sesuai dengan agenda pemerintahan pak Prabowo. Kita berharap hilirisasi nikel menjadi baterai dapat menjadi game changer ekonomi kita. Bukan sekadar ekspor bahan mentah, tapi ekspor teknologi dan nilai tambah. Ini harus terus dikawal karena menjadi pintu masuk penguatan industri mobil listrik nasional,” ujar Ketua Umum Ikatan Keluarga Minang (IKM) ini.
Sebagaimana diketahui, proyek ini menelan investasi senilai US$ 5,9 miliar atau setara Rp96 triliun (asumsi kurs Rp16.278) dan merupakan industri baterai EV terbesar di Asia Tenggara dengan kapasitas produksi maksimal sebesar 15 Giga Watt hour (GWh) di tahun 2028. Pada fase pertama, ditargetkan produksi mencapai 6,9 GWh di tahun 2026. (rdr)

















