“Per Jumat (20/6), harga minyak global masih sekitar 77 dolar AS per barel, sementara asumsi harga dalam APBN 2025 dipatok pada 82 dolar per barel,” jelasnya.
Meski demikian, ia menegaskan bahwa jika konflik terus berlangsung dan harga minyak terus naik, maka beban subsidi dalam APBN bisa membengkak dan mengganggu daya dukung fiskal.
“Kalau berkepanjangan, harga minyak dan energi lainnya bisa ikut naik. Dampaknya akan terasa pada daya dukung APBN, terutama untuk subsidi energi,” ujar Eko.
Sebagai langkah mitigasi, menurutnya, pemerintah harus fokus meningkatkan efektivitas anggaran dan menjaga daya beli masyarakat.
“Kalau dari sisi domestik masih ada permintaan yang kuat, ekonomi bisa tetap bertahan,” tutupnya.
Mengutip laporan Anadolu Agency, Selat Hormuz menangani hampir 15 juta barel minyak mentah per hari, atau sekitar sepertiga dari total perdagangan minyak global. (rdr/ant)

















