Senada dengan itu, jamaah asal Jawa Timur, Tohari, menyebut perjalanan haji kali ini sangat berkesan, terutama pada fase Armuzna.
“Kita sangat puas. Dari Muzdalifah ke Mina, kita jalan kaki dan tetap semangat. Petugas luar biasa mendampingi kami,” ujarnya.
Rekan senegaranya asal Lumajang, Halifatul, juga bersyukur telah menuntaskan puncak ibadah haji, meski mengaku fisiknya cukup terkuras.
“Kurang tidur, capek, tapi tetap semangat. Naik haji itu perjuangan. Saya datang bersama suami dan keluarga, dan ini jadi pengalaman luar biasa,” tuturnya.
Seiring dengan selesainya fase Mina, sebagian besar jamaah Indonesia telah menyelesaikan lempar jumrah dan memilih opsi nafar awal — keluar dari Mina pada 12 Zulhijah.
Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah Kementerian Agama, Hilman Latief, mengimbau agar jamaah yang tidak memiliki jadwal kepulangan dalam waktu dekat menunda pelaksanaan tawaf ifadah.
“Kami menyarankan agar tawaf ifadah dilakukan saat kondisi Masjidil Haram lebih lengang, kecuali bagi jamaah kloter awal yang akan segera pulang atau melanjutkan perjalanan ke Madinah,” ujar Hilman.
Langkah ini dilakukan untuk menghindari kepadatan di area Masjidil Haram yang diprediksi akan meningkat seiring pergerakan jamaah dari Mina ke Makkah. (rdr/ant)





















