Proyek ini melibatkan tim besar yang terdiri dari 113 penulis, 20 editor per jilid, dan tiga editor umum. Mereka berasal dari berbagai latar belakang ilmu seperti sejarah, arkeologi, geografi, dan humaniora lainnya, mewakili akademisi dari Aceh hingga Papua.
Fadli menjelaskan bahwa buku sejarah yang baru akan disusun secara inklusif dan Indonesia sentris, meliputi periode:
- Sejarah awal peradaban Indonesia
- Masa penjajahan
- Perang kemerdekaan
- Era Orde Baru dan reformasi
- Hingga era demokrasi dan pemilu modern
Penulisan ulang ini, menurut Fadli, bertujuan meningkatkan pengetahuan generasi muda mengenai sejarah bangsanya dengan pendekatan yang lebih representatif dan relevan.
Dalam rapat bersama Komisi X DPR RI pada 26 Mei lalu, DPR menekankan bahwa proyek ini harus melibatkan lebih banyak pemangku kepentingan sejarah, agar hasilnya objektif dan mencerminkan memori kolektif bangsa.
Komisi juga mengingatkan Kementerian Kebudayaan untuk meningkatkan sosialisasi dan komunikasi publik, guna mencegah kesan bahwa sejarah ditulis berdasarkan penafsiran tunggal pemerintah. (rdr/ant)

















