“Sekarang, satu kamar hanya untuk 3 sampai 5 orang, ada AC, toilet dalam, dan lift. Dulu koper pun harus diurus sendiri, sampai mimisan karena kelelahan,” ujarnya.
Pengalaman itu, kata Syafi’i, membentuk semangatnya hingga bisa lima kali menunaikan ibadah haji.
Wamenag menegaskan pentingnya menjaga niat dan semangat dalam beribadah, terutama menjelang fase puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
“Bertekadlah dengan sungguh-sungguh, bahwa pulang dari sini kita semakin bertaqwa kepada Allah,” pesannya.
Ia juga mengingatkan bahwa ciri haji mabrur bukan hanya terlihat dari penampilan atau status sosial, melainkan dari sikap dan perubahan perilaku usai berhaji.
“Orang yang berhaji mabrur akan lebih taqwa, walau memiliki kekayaan, ia tidak sombong, tapi justru menjadikan hartanya bermanfaat bagi orang lain,” ujarnya. (rdr/ant)





















