Kawasan Laut Andaman dan Teluk Benggala termasuk salah satu wilayah paling mematikan di dunia untuk perjalanan laut para pengungsi, dengan hampir satu dari lima orang yang mencoba menyeberang pada 2025 dilaporkan tewas atau hilang.
Menurut Direktur Biro Regional UNHCR Asia Pasifik, Hai Kyung Jun, “Situasi kemanusiaan yang mengerikan, diperparah oleh pemotongan dana bantuan, memaksa semakin banyak Rohingya melakukan perjalanan berbahaya demi mencari keselamatan dan kehidupan bermartabat.”
Musim hujan dengan angin kencang, hujan deras, dan gelombang besar semakin memperparah risiko perjalanan.
UNHCR menyerukan kepada otoritas wilayah dan komunitas internasional untuk segera mengambil langkah mencegah tragedi berikutnya. Menyelamatkan nyawa di laut merupakan kewajiban kemanusiaan dan hukum maritim internasional.
Badan PBB ini juga meminta dukungan finansial untuk meningkatkan kapasitas penyelamatan dan bantuan bagi pengungsi Rohingya di Bangladesh, India, Malaysia, Thailand, dan Myanmar. Saat ini, UNHCR baru menerima 30 persen dari kebutuhan dana sebesar 383,1 juta dolar AS untuk tahun 2025. (rdr/ant/anadolu)

















