Setelah penyampaian materi dari kedua narasumber, dilanjutkan dengan diskusi konsep garapan penciptaan karya peserta.
Dari diskusi ini terungkap permasalahan koreografer muda dalam merumuskan konsep garapan yang berangkat dari data riset untuk merespons isu dan fenomena mutakhir dalam kehidupan dan lingkungan sekitar.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Sumatera Barat, Jefrinal Arifin, yang turut hadir dalam pembukaan workshop, menegaskan pentingnya menjadikan akar kebudayaan Minangkabau sebagai fondasi dalam berkarya.
“Tari kontemporer boleh saja berkembang bebas, tetapi ia harus tetap berpijak dari akar kebudayaan Minangkabau. Di sanalah kekuatan identitas kita,” ungkap Jefrinal.
Workshop ini diikuti oleh 25 peserta dari berbagai komunitas seni di Sumatera Barat. Selama tiga hari, para peserta tidak hanya dibekali teori, tetapi juga melakukan eksplorasi gerak dan ruang yang dikaitkan dengan memori kolektif masyarakat Minang.
Sebagai tindak lanjut dari workshop ini, para koreografer terpilih akan diberikan kesempatan untuk menampilkan karyanya dalam sebuah pertunjukan khusus yang akan digelar oleh Taman Budaya Sumbar pada bulan September 2025 mendatang.
Pertunjukan ini diharapkan menjadi ajang apresiasi sekaligus ruang temu antara kreativitas muda dan warisan budaya lokal. (rdr/ist)

















