Hingga tahun ini, perusahaan telah berhasil merealisasikan penerbitan rekomendasi atas 20.000 hektare program PSR bersama petani mitra.
“Transformasi kami tidak bisa dilakukan sendirian. Kami menyadari pentingnya keterlibatan masyarakat, terutama petani sawit.”
“Karena itu, kami juga aktif memerangi peredaran bibit palsu dengan mendorong penggunaan bibit unggul bersertifikat. Ini kami lakukan untuk memastikan produktivitas petani bisa meningkat secara signifikan,” tegasnya.
Menurut Jatmiko, langkah ini sangat menguntungkan semua pihak. Bagi petani, peningkatan hasil panen berarti peningkatan pendapatan.
Sementara bagi pelaku industri, mereka akan menerima Tandan Buah Segar (TBS) dengan kualitas prima yang mendukung produktivitas dan efisiensi pabrik kelapa sawit.
Tidak hanya itu, PalmCo juga memberdayakan UMKM lokal melalui program penyediaan alat panen. Jatmiko menyebut bahwa saat ini sebagaian alat panen di salah satu Regional PalmCo diproduksi oleh para pandai besi lokal yang tergabung dalam koperasi binaan.
PalmCo juga mencatatkan tonggak prestasi dalam inisiatif dekarbonisasi dan circular economy. Hingga saat ini, PalmCo telah mengoperasikan 11 unit Pembangkit Listrik Tenaga Biogas (PLTBg) dengan total kapasitas 12,05 MW.
Ke depan, Perusahaan akan membangun 29 unit fasilitas Bio-CNG hingga 2030 dan satu unit Sustainable Aviation Fuel (SAF) yang ditargetkan mulai beroperasi pada 2027.
“Beberapa waktu lalu, kami juga mendapat apresiasi dari Menteri Lingkungan Hidup yang bekunjung ke salah satuuni amiyaiu KS Lubuk Dalam yang berada di Siak, Riau karena menjadi perusahaan perkebunan pertama di Indonesia yang meraih Sertifikat Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca (SPE-GRK). Ini merupakan bentuk pengakuan atas upaya serius kami menjalankan agenda dekarbonisasi,” ucap Jatmiko.
Ia menambahkan bahwa inisiatif dekarbonisasi ini tidak hanya berdampak pada penurunan emisi karbon, tetapi juga berkontribusi besar terhadap peningkatan citra industri sawit Indonesia di mata global khususnya Eropa.
“Dekarbonisasi sangat penting untuk memperkuat persepsi bahwa industri kelapa sawit kita adalah industri yang peduli lingkungan, berkelanjutan, dan siap memenuhi tuntutan pasar global yang makin ketat.”
“Ini penting untuk keberlanjutan industri dan juga untuk keberlangsungan lingkungan hidup kita bersama,” tutup Jatmiko menutup paparannya. (rdr)

















