“Konflik yang tidak terkendali bisa menimbulkan kerugian besar, baik bagi manusia maupun bagi populasi harimau,” tegasnya.
Saat ini, BKSDA Sumbar telah membentuk delapan Pagari yang tersebar di wilayah rawan konflik satwa liar, yakni:
- Kabupaten Agam: 4 Pagari
- Kabupaten Solok: 1 Pagari
- Kabupaten Pasaman: 3 Pagari
- Kabupaten Limapuluh Kota: 1 Pagari (Koto Tinggi)
Pagari ini merupakan hasil kerja sama BKSDA Sumbar dengan Yayasan SINTAS Indonesia dan Centre for Orangutan Protection (COP).
Koordinator Biodiversity Team Yayasan SINTAS Indonesia, Fernando Dharma, menyambut baik pembentukan tim ini. Ia menegaskan komitmen SINTAS dalam mendukung deteksi dini konflik dan pelestarian keanekaragaman hayati di Sumatera Barat.
Wali Nagari Koto Tinggi, Insanul Rijal, menyampaikan apresiasinya atas pembentukan Pagari. Ia berharap keberadaan tim ini dapat memberikan respons cepat terhadap konflik dan meningkatkan keterlibatan masyarakat dalam menjaga harmoni dengan alam. (rdr/ant)

















