Braditi mengungkapkan bahwa jumlah perantau Minang di Jakarta berdasarkan data statistik mencapai 10 hingga 15 persen dari total populasi.
“Jika penduduk Jakarta 15 juta, berarti ada sekitar 1,5 juta orang Minang di Jakarta. Kami di IKM terdiri dari berbagai macam latar belakang, yang didominasi berprofesi sebagai pedagang,” jelasnya.
Sektor utama yang menjadi fokus kerjasama adalah industri rumah makan Padang yang sangat populer di perantauan.
IKM Jakarta saat ini sedang melakukan penjajakan kerjasama dengan Bank Nagari dan sektor pertanian di Sumbar, khususnya untuk pasokan beras Solok yang terkenal dengan kualitas dan rasanya yang khas.
“Selama ini kendala yang ada dari data yang kami miliki, beras Solok ini distribusinya hanya lancar 1-2 bulan. Memasuki bulan ketiga dan seterusnya, berasnya terpaksa dicampur dengan beras lain, sehingga kepastian distribusi barang ini terganggu,” papar Braditi.
Untuk mengatasi masalah tersebut, IKM Jakarta berinisiatif mendata rumah makan Padang di Jakarta yang berminat menggunakan beras Solok, lalu bekerjasama dengan pemerintah daerah setempat.
Braditi mengungkapkan bahwa dia telah bertemu dengan Bupati Solok, Jon Firman Pandu, yang menyatakan kesiapan untuk memfasilitasi informasi mengenai penggilingan padi (heler) yang dapat menyuplai beras berkualitas standar sesuai permintaan pasar.
“Untuk itu kita data, dengan jumlah yang cukup besar dan rumah makan yang banyak juga akan mempermudah distribusi. Kita juga bisa membantu rumah makan berskala kecil dan menengah ke bawah.”
“Kalau mereka membeli sendiri itu mahal, berat di ongkos. Namun, jika kita kumpulkan dan beli dalam jumlah besar, tentu ongkosnya akan jauh lebih ringan,” jelasnya.
Braditi juga memaparkan rencana skema pembiayaan untuk mendukung program tersebut. Dalam hal ini, Bank Nagari akan berperan penting sebagai lembaga yang menalangi pembelian beras dalam jumlah besar.
“Hal tersebut sudah saya bicarakan dengan Bupati Solok, termasuk dengan Bank Nagari. Jadi rumah makan itu ditalangi terlebih dahulu oleh Bank Nagari, nanti rumah makan akan menggunakan QRIS Bank Nagari, dan uang konsumen itu mengalir ke Bank Nagari,” ungkapnya.
Menurutnya, mekanisme ini sangat relevan dengan tren transaksi saat ini yang semakin mengarah pada sistem non-tunai seperti mobile banking, QRIS, dan transfer. Dengan demikian, akan tercipta siklus ekonomi yang menguntungkan bagi petani di Sumbar.
“Ini akan berputar dan tentunya kita harap bisa jadi pemasukan bagi masyarakat di Sumbar. Ini baru satu sektor, di pertanian. Terkait sektor lain, seperti pariwisata dan lain-lainnya, tentunya akan kami kembangkan secara bertahap,” tambahnya. (rdr)

















