“Kepedulian dan jiwa gotong royong di tengah masyarakat saat ini mulai berkurang. Kita mulai dari lingkungan Dinas Pendidikan dan sekolah untuk menumbuhkannya kembali,” ujarnya.
Lebih lanjut, ia menyampaikan bahwa tahun 2025 menjadi tahun yang berat bagi keuangan daerah. Pemkot Solok harus melakukan efisiensi anggaran hingga Rp106 miliar untuk menghindari risiko tunda bayar di akhir tahun.
Meski di tengah keterbatasan anggaran, ia tetap mengapresiasi sekolah-sekolah yang mampu menjalankan kegiatan non-APBD maupun non-APBN. Contohnya, SMPN 3 Kota Solok yang baru saja menggelar turnamen futsal secara swadaya.
Ramadhani juga menyampaikan apresiasi kepada para guru atas dedikasi mereka dalam dunia pendidikan, dan menekankan pentingnya kolaborasi seluruh pemangku kepentingan untuk menciptakan generasi unggul.
“Kita harus bekerja sama, membuka ruang komunikasi antara guru, kepala sekolah, dan orang tua. Banyak hal yang terjadi di luar pengawasan sekolah, dan untuk itu keterbukaan sangat diperlukan,” tutupnya. (rdr/ant)

















