Sri Mulyani menekankan, situasi kebijakan di AS masih sangat dinamis, terutama karena interaksi retaliasi antara AS dan China yang terus berkembang. Dalam konteks ini, Indonesia mengambil pendekatan aktif dalam negosiasi, sambil menunjukkan komitmen kebijakan domestik yang mendukung kestabilan ekonomi.
“Negosiasi ini bukan hanya soal angka tarif, tapi juga mencerminkan semangat menciptakan sistem perdagangan global yang adil,” kata Sri Mulyani.
Ia juga menggarisbawahi bahwa pemerintah AS tidak sedang menciptakan krisis, melainkan berupaya mendorong reformasi dalam sistem perdagangan dunia, termasuk melalui penguatan peran World Trade Organization (WTO).
Menurut Sri Mulyani, Indonesia berada dalam posisi tawar yang cukup kuat berkat stabilitas ekonomi domestik, reformasi struktural, serta ketahanan pangan yang memberikan bantalan terhadap gejolak global.
“Tujuan akhir dari negosiasi ini adalah solusi yang saling menguntungkan. Kita memberi, kita menerima, kita tawar-menawar—semua untuk win-win solution,” tegasnya. (rdr/ant)

















