Selain efisiensi biaya dan waktu, penggunaan drone juga dianggap lebih aman bagi petani karena mengurangi kontak langsung dengan bahan kimia yang digunakan dalam penyemprotan. Nofrins menjelaskan bahwa hasil dari uji coba ini akan dilaporkan ke pemerintah daerah untuk dievaluasi lebih lanjut, dengan harapan teknologi ini bisa diterapkan secara mandiri oleh para petani jika hasilnya positif.
Kabupaten Solok, yang dikenal sebagai lumbung bawang merah nasional dengan luas lahan pertanian yang cukup besar, dinilai sangat potensial untuk penerapan teknologi drone dalam sektor pertanian. Nofrins berharap bahwa pengembangan teknologi ini tidak hanya meningkatkan hasil pertanian, tetapi juga memberikan dampak ekonomi positif bagi masyarakat dan daerah, terlebih dengan semakin berkembangnya sektor pariwisata di Kabupaten Solok.
Perwakilan NusaDrone-DJI Agriculture, Moh. Bahrun, menyampaikan bahwa uji coba ini merupakan langkah awal dalam mengenalkan teknologi drone kepada petani di Solok. “Kami ingin membantu petani untuk lebih mengenal teknologi drone, sehingga mereka bisa menggunakannya secara mandiri setelah melalui pelatihan dan pemahaman regulasi yang berlaku,” jelas Bahrun.
Menurutnya, penggunaan drone dalam pertanian akan semakin berkembang di masa depan, asalkan petani sudah memiliki pengetahuan yang cukup dan mematuhi peraturan yang ada. Bahrun berharap, ke depannya, teknologi ini dapat menjadi bagian dari revolusi pertanian Indonesia, yang lebih efisien dan ramah lingkungan. (rdr/ant)

















