- Mengaku mengalami atau mencapai sesuatu yang luar biasa.
- Selalu menjadi korban atau pahlawan dalam cerita.
- Cerita terdengar terlalu dramatis dan sangat detail.
- Mengklaim memiliki penyakit serius padahal tidak terbukti.
- Sering menghindari pertanyaan dengan jawaban tidak jelas.
- Mengaku dekat dengan tokoh penting atau terkenal.
- Terus berbohong meski sudah terbukti salah.
Penderita mythomania juga bisa terlihat cemas atau bersikap defensif saat bercerita, namun tetap berusaha meyakinkan pendengarnya.
Menghadapi seseorang dengan kebiasaan berbohong bukan hal mudah. Namun, ada beberapa cara yang dapat dilakukan:
- Tetap tenang dan jangan mudah marah
Jangan langsung menyalahkan atau memojokkan. Dengarkan ceritanya tanpa menunjukkan emosi berlebihan. - Tetapkan batasan yang sehat
Bila merasa terlalu lelah dengan kebohongan tersebut, tidak ada salahnya untuk membatasi interaksi. Namun, lakukan dengan cara yang sopan dan tidak menghakimi. - Bersikap suportif
Tunjukkan bahwa Anda menghargai orang tersebut tanpa harus terkesan dengan ceritanya. Katakan bahwa kejujuran lebih berarti daripada cerita-cerita hebat. - Sampaikan kebenaran jika diperlukan
Jika kebohongan mulai memengaruhi orang lain atau merugikan, beranikan diri untuk mengoreksi dengan bukti. Namun, hindari perdebatan yang tidak perlu. - Sarankan bantuan profesional
Ajak mereka untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater, terutama jika kebiasaan ini mengganggu hubungan sosial atau pekerjaan. Sampaikan dengan cara yang penuh empati dan kepedulian.
Penderita mythomania bisa saja pulih apabila menyadari kebohongannya dan memiliki motivasi untuk berubah. Terapi psikologis, terutama terapi perilaku kognitif, menjadi salah satu pendekatan yang efektif untuk mengatasi kebiasaan ini.
Jika Anda atau orang terdekat Anda menunjukkan tanda-tanda mythomania, tak ada salahnya untuk mencari bantuan profesional. Semakin cepat ditangani, semakin besar kemungkinan perilaku ini bisa dikendalikan. (rdr/alodokter)

















