Keamanan alat ini juga telah diuji secara berkala. Selama pemakaian bertahun-tahun, pihak pesantren memastikan alat tersebut tidak menimbulkan risiko berarti.
Saat ini, Gas Saver tengah dalam proses pendaftaran Hak Kekayaan Intelektual (HaKI) ke kementerian terkait. Sebelum resmi dipasarkan, alat ini masih digunakan terbatas di kalangan internal ponpes dan jamaah.
“Kami sedang berdiskusi untuk produksi massal agar bisa dimanfaatkan lebih luas oleh masyarakat,” ujarnya.
Salah satu pengguna alat, Sutrisno, menyebut alat tersebut sangat membantu menghemat pengeluaran untuk gas rumah tangga.
“Biasanya satu tabung gas habis sehari, sekarang bisa tahan sampai dua hari,” ungkapnya. Ia juga mengaku telah menggunakan alat itu sejak versi pertama hingga generasi keempat saat ini. (rdr/ant)

















