Menurut Cecep Nurwendaya, Tim Falak Kemenag, pada sidang isbat 29 Maret 2025, tinggi hilal di seluruh wilayah Indonesia berada antara minus 3,26 derajat hingga minus 1,08 derajat, dengan sudut elongasi antara 1,61 derajat hingga 1,21 derajat.
“Karena itu, hilal menjelang awal Syawal 1446 H pada hari rukyat ini secara teoritis diprediksi mustahil dapat dilihat, karena posisinya berada di bawah ufuk pada saat matahari terbenam,” jelas Cecep.
Meski demikian, pemerintah Indonesia menggunakan kombinasi metode rukyat dan hisab dalam penentuan awal bulan Ramadan, Syawal, dan Zulhijjah. Metode hisab bersifat informatif, sementara rukyat digunakan untuk konfirmasi.
Sebagai informasi, Sidang Isbat juga diawali dengan seminar yang membahas metode-metode dalam melihat posisi bulan, seperti metode hisab atau perhitungan astronomi, serta rukyat yang mengandalkan penglihatan mata.
Setelah seminar, Kemenag menggelar sidang isbat tertutup dan hasilnya diumumkan langsung oleh Menteri Agama Nasaruddin Umar pada pukul 19.00 WIB. (rdr/kompas)

















