Mahyudin percaya bahwa dengan strategi yang tepat, potensi zakat yang sangat besar ini dapat berperan dalam membantu pemerintah mengurangi angka kemiskinan di Indonesia.
“Mudah-mudahan dengan langkah ini, kita dapat berkontribusi dalam mengentaskan kemiskinan dan mendukung Indonesia menuju cita-cita Emas 2045,” tambahnya.
Di sisi lain, Izul (32), warga Kota Bukittinggi, mengaku selama ini lebih memilih menyalurkan zakat kepada kerabat dekat. Faktor kekerabatan menjadi alasan utama tidak membayar zakat melalui lembaga resmi.
“Mungkin ke depannya saya akan mencoba menyalurkan zakat melalui lembaga resmi,” ungkapnya. (rdr/ant)

















