Pria berprofesi sebagai nelayan itu menuntut keadilan, pertanggungjawaban dari oknum kepala sekolah tersebut di atas materai. Namun, sikap terduga pelaku penganiayaan tersebut acuh.
“Saya minta pertanggungjawaban darinya dengan surat materai, tapi ia menolak. Saya meminta hal itu karena putri saya tidak pernah mimisan sebelum-sebelumnya. Jika ada suatu penyakit yang mencederai putri saya pasca kejadian, maka kepala sekolah itu harus bertanggung jawab. Itu dasar saya dan ia menolak,” katanya.
Putri Atumbuo tersebut pun sempat mereka larikan ke UPTD Puskesmas Pulau Tello untuk mendapatkan penanganan medis, karena mengalami pendarahan pada bagian hidung (mimisan-red) setelah peristiwa penamparan tersebut.
“Kami minta dia bertanggungjawab sepenuhnya, bahkan anak saya trauma. Ia bahkan tidak pergi ke sekolah,” katanya.
Kepala Sekolah Tuduh Orangtua dan Siswi Mengarang Cerita
Wawancara terpisah dengan FD, Kepala Sekolah SMK Negeri 2 Pulau-Pulau Batu terkait peristiwa itu mengaku, kalau ia tidak melakukan penamparan atau penganiayaan seperti yang dituduhkan kepadanya.
“Itu tidak benar kejadiannya, saya kan yang tahu. Saya kan yang tahu peristiwanya,” kata FD dengan nada tinggi saat dihubungi via telepon selular, Sabtu (15/3/2025) malam.
FD mengklaim kalau dirinya tidak memukul, ia lantas menuduh orang tua siswa dan siswi tersebut mengarang cerita.
“Mereka jangan mengarang-ngarang,” katanya dengan suara lantang.
FD sekali lagi mengklaim tidak ada kejadian (penamparan-red). “Saya hanya marah kepadanya, keluar kamu dari kelas ini. Itu kan bagian dari pembelajaran Pak, mendidik. Itu saja kejadian tentang itu,” katanya.
Sayangnya FD menutup pembicaraan, setelah dimintai keterangan alasan yang membuat ia marah-marah, “Terima kasih Pak, cuma sebisa itu saya jawab,” sembari menutup telepon. (rdr)

















