Menyikapi berbagai persoalan tersebut, DPW IKM Jakarta berkomitmen untuk terus memberikan edukasi dan pendampingan hukum adat kepada masyarakat Minang di perantauan.
“Di sinilah nantinya, ke depan DPW IKM Jakarta akan terus mensosialisasikan bersama-sama dengan tokoh-tokoh adat, seperti datuak-datuak penasihat ini memberikan edukasi mengenai hukum adat, tanah pusako, memberikan pendampingan dalam persoalan hukum adat, sebagaimana dalam hal ini tanah adat pusako dan juga mengenai tanah keluarga, pusako tinggi maupun randah,” katanya.
Sebagai pembicara utama dalam kajian adat ini, DPW IKM Jakarta menghadirkan Dewan Penasihat DPW IKM Jakarta yang juga merupakan tokoh adat terkemuka, Duli Yang Mulia Pucuk Bulek Alam Minangkabau, Tengku Irwansyah, Angku Datuk Katumanggungan.
Kehadiran tokoh adat ini memberikan pemahaman yang mendalam tentang nilai-nilai adat Minangkabau kepada peserta kajian.
Acara ini dihadiri oleh sejumlah tokoh penting dari kalangan IKM, jajaran pengurus DPW, DPD, dan DPC se-Jakarta, Bupati Solok, Jon Firman Pandu serta Kepala Badan Penghubung Pemprov Sumbar di Jakarta, Aschari Cahyaditama.
“Kehadiran para pengurus ini menunjukkan komitmen kami dalam melestarikan dan menguatkan nilai-nilai adat Minangkabau di tengah masyarakat perantau,” kata Braditi.
Penyelenggaraan kajian adat Minang ini merupakan bagian dari upaya DPW IKM Jakarta untuk memperkuat identitas dan nilai-nilai budaya Minangkabau di kalangan masyarakat perantau.
Di tengah arus modernisasi dan globalisasi, pemahaman terhadap adat dan budaya leluhur menjadi semakin penting untuk mempertahankan jati diri dan nilai-nilai luhur yang telah diwariskan secara turun-temurun.
“Jadi tentang adat, sosial dan agama, dapat semuanya dalam satu kegiatan. Di saat yang lain merencanakan kembali ke surau, IKM Jakarta telah berbuat, mengadakan acara di surau,” ujar Braditi dengan bangga.
Selain kajian adat dan kegiatan religius, acara ini juga diwarnai dengan kegiatan santunan kepada anak yatim dan kaum dhuafa.
“Kami juga memberikan santunan anak yatim dan dhuafa, jumlahnya sekitar 130 orang. Kemudian 100 santunan lainnya kami berikan di sejumlah kawasan Jakarta,” tambah Braditi.
Kegiatan sosial ini, katanya, merefleksikan semangat berbagi dalam bulan Ramadan sekaligus menjalankan tanggung jawab sosial organisasi terhadap masyarakat yang membutuhkan.
Melihat antusiasme masyarakat yang begitu besar, DPW IKM Jakarta berencana untuk melanjutkan program kajian adat ini secara berkala.
“Kegiatan ini menarik, kami akan terus melanjutkan, memberikan edukasi hukum adat dan juga pendampingan hukum adat,” tegas Braditi.
Dengan semangat “Salam Badunsanak” yang berarti salam persaudaraan, DPW IKM Jakarta berharap acara ini dapat memperkuat tali silaturahmi antar masyarakat Minang di perantauan, sekaligus sebagai wadah untuk memperdalam pemahaman tentang adat dan budaya Minangkabau yang kaya akan nilai-nilai kearifan lokal.
Braditi Moulevey Rajo Mudo kembali menekankan pentingnya kajian adat ini bagi masyarakat Minang.
“Tujuannya adalah bagaimana orang Minang ini mempelajari adat Minang itu sendiri, seperti itulah dasarnya, sehingga atas dasar itulah kita menggelar kajian adat yang diselenggarakan di Masjid Al Furqan ini,” tuturnya. (rdr)

















