“Saat ini pasien sudah bisa dicetak SEP berdasarkan biometrik. Kedepan kita akan terus menuju bintang tujuh, hingga benar-benar paperless sampai saat penagihan,” tuturnya.
dr. Selfi mengatakan, pembangunan sistem ini cukup lama dilakukan. “Dari pihak BPJS Kesehatan mengatakan, jika sudah sampai di tahap tiga, maka akan mudah untuk sampai di bintang tujuh karena sudah masa koneksi farmasi bintang empat hingga bintang tujuh sehingga lebih mudah,” jelasnya.
Untuk mendapatkan bintang satu sampai bintang tiga diakui dr Selfi memang lama karena membangun sistem rumah sakit dan sistem informasi rumah sakit, yang di koneksikan dengan BPJS Kesehatan serta membangun budaya dari internal sendiri, baik dokter maupun tenaga kesehatan menggunakan digitalisasi ini, misalnya dalam penggunaan JKN.
“Sehingga pasien juga didigitalisasikan karena Mobile JKN lebih mudah dan real time dengan memilih waktu berobat dan dokter sehingga nomornya akan sama dengan antrian di Mobile JKN.”
“Sistem ini memotong antrian admisi yang cukup lama. Dengan melakukan pendaftaran tersebut, pasien bisa datang saat waktu berobat saja,” jelasnya.
Kedepan, SPH tetap komit untuk bisa naik bintang lagi ke bintang berikutnya sehingga bisa membangkitkan semangat transformasi di bidang kesehatan. “Sesuai dengan salah satu visi misi SPH, banyak jiwa-jiwa muda yang mau berubah,” paparnya.
Ketua Yayasan Semen Padang, Amral Ahmad mengatakan, digitalisasi merupakan keharusan dan kalau tidak mau memulai maka akan ketinggalan dan berdampak pada layanan.
“Transformasi teknologi adalah akan mempependek siklus layanan sehingga cepat melayani pasien. SPH satu garis lurus saja dengan layanan yang dilakukan oleh BPJS dan untuk sampai bintang tujuh itu sebuah tantangan juga untuk kita dalam melayani pasien,” jelasnya.
Pihaknya di yayasan bersyukur dan sangat menghargai pekerjaan teman-teman dan tim di SPH. “Disaat tim SPH sibuk bekerja dan perbaiki sistem dari dalam, ternyata ada pihak yang memperhatikan,” jelasnya.
Berdasarkan data dari BPJS Kesehatan, selama periode September 2024 sampai pertengahan Februari 2025, pasien SPH yang menggunakan mobile JKN naik dri 19,02 persen di September menjadi 46,91 % di pertengahan Februari 2025.
Sementara itu, untuk trend antrian online pada Februari 2025 mencapai angka 96,17 %. Sedangkan untuk skema penerbitan SEP elektronik mendapat bintang tiga. (rdr)

















