Oleh karena itu, Pesantren Ramadhan menjadi momen strategis untuk mengajarkan generasi muda tentang pentingnya hidup berlandaskan syariat Islam dan kearifan lokal.
Lebih lanjut, Ustadz Mulyadi Muslim menjelaskan bahwa Pesantren Ramadhan memiliki peran vital dalam membentuk karakter generasi muda yang berpegang teguh pada ABS-SBK.
“Pesantren Ramadan bukan hanya tempat menghafal doa dan ayat-ayat Al-Qur’an, tetapi juga tempat menanamkan nilai-nilai moral, akhlak, serta kecintaan terhadap adat dan agama,” jelasnya.
Beliau menguraikan beberapa poin penting yang harus diterapkan dalam Pesantren Ramadan agar selaras dengan nilai ABS-SBK, diantaranya:
- Penguatan Akhlak Islami, menanamkan nilai jujur, disiplin, dan tanggung jawab dalam kehidupan sehari-hari.
- Pembelajaran Kitab Kuning dan Sejarah Islam Minangkabau, mengenalkan generasi muda pada tokoh-tokoh ulama Minangkabau serta perjuangan mereka dalam menyebarkan Islam.
- Memperkuat Silaturahmi Antar Generasi, mengajarkan anak-anak untuk menghormati orang tua, guru, dan tokoh adat.
- Penerapan Nilai Musyawarah dalam Kehidupan, Melatih santri dalam mengambil keputusan berdasarkan kebersamaan, sebagaimana prinsip dalam sistem nagari di Minangkabau.
“Kami berharap melalui pelatihan ini, pengurus masjid semakin siap dalam menyelenggarakan Pesantren Ramadhan yang lebih bermutu.”
“Dengan menanamkan nilai ABS-SBK sejak dini, kita akan mencetak generasi yang kuat dalam agama dan tetap menjaga kearifan lokal Minangkabau,” ujar salah seorang peserta.
Kegiatan ini diakhiri dengan diskusi interaktif, di mana para peserta berbagi pengalaman dan strategi dalam mengelola Pesantren Ramadan di masjid masing-masing.
Dengan semangat kebersamaan, mereka berkomitmen untuk menjadikan masjid sebagai pusat pembinaan umat yang lebih berdaya dan berbudaya, sesuai dengan nilai-nilai ABS-SBK. (rdr/ist)

















