Di sisi lain, OJK Sumbar juga memperkirakan likuiditas perbankan akan tetap ketat sepanjang tahun ini, terutama akibat kebijakan efisiensi anggaran pemerintah dan gejolak ekonomi global, termasuk kebijakan Presiden Amerika Serikat yang mengakibatkan migrasi modal asing.
Roni mengungkapkan bahwa Bank Pembangunan Daerah (BPD), khususnya Bank Nagari, juga akan merasakan dampak dari ketatnya likuiditas tersebut. “Ketatnya likuiditas tahun ini akan memengaruhi perbankan, termasuk Bank Nagari,” jelasnya.
Meski demikian, Roni menegaskan bahwa secara umum kinerja perbankan Sumbar masih tumbuh positif. Pada tahun 2024, aset perbankan Sumbar tercatat tumbuh 3,50 persen menjadi Rp83,99 triliun, kredit tumbuh 5,27 persen menjadi Rp73,36 triliun, dan dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 4,18 persen menjadi Rp56,12 triliun.
Namun, meskipun DPK tumbuh, sektor giro mengalami penurunan 5,1 persen menjadi Rp6,83 triliun. Roni menjelaskan bahwa penurunan giro ini mencerminkan penurunan pertumbuhan sektor usaha, karena giro banyak digunakan oleh pelaku usaha, perusahaan, dan lembaga pemerintah dalam transaksi keuangan. (rdr/ant)

















