Indonesia pun menekankan bahwa industri e-commerce nasional, yang diproyeksikan mencapai nilai US$150 miliar pada 2030, harus siap mengadopsi AI agar lebih kompetitif dan berdaya saing global.
Dengan regulasi yang tepat, Meutya optimistis bahwa Indonesia bisa menjadi pemain kunci dalam lanskap AI internasional.
Partisipasi aktif dalam forum AIAS menunjukkan komitmen Indonesia dalam memastikan bahwa perkembangan teknologi AI selaras dengan kebutuhan dan tantangan global, termasuk dalam hal kebijakan dan pemanfaatannya.
Rangkaian AIAS dimulai pada 6 Februari 2025 dengan perjamuan peserta di Elysee Palace, disusul dengan acara High Level Segment di Grand Palais.
Agenda lainnya meliputi Science Day pada 6-7 Februari, Cultural Weekend pada 8-9 Februari, serta Diskusi Meja Bundar dan Jamuan Kepala Negara pada 10 Februari. Puncak acara ditutup dengan Leaders Plenary pada 11 Februari.
Selain menghadiri AIAS, Meutya Hafid juga dijadwalkan mempresentasikan metode penilaian kesiapan AI atau “readiness assessment method” dalam acara sampingan yang diadakan pada 10 Februari 2025 atas permintaan UNESCO.
Hal ini semakin menegaskan peran Indonesia dalam pengembangan AI yang bertanggung jawab dan berorientasi pada kepentingan global. (rdr/komdigi)

















