Menurut Andri Rusta, perlunya wakil rakyat yang berani memperjuangkan aspirasi seperti ini adalah sebuah kebutuhan di tengah kekuatan politik yang terpolarisasi. Apalagi dalam konteks hubungan pusat-daerah yang semakin sentralistis. Posisi daerah yang cukup lemah ketika berhadapan dengan pemerintah pusat mengharuskan dibentuknya koalisi kekuasaan di tingkat pusat.
“Dalam teori koalisi vertikal (vertical coalition) dijelaskan tentang pentingnya membangun koalisi dengan kekuatan politik di tingkat pusat untuk memperjuangkan kepentingan daerah. Salah satu koalisi vertikal yang dibutuhkan adalah koalisi dengan anggota DPR yang memiliki kedudukan setara dengan pemerintah untuk menegosiasikan kepentingan masyarakat daerah yang diwakilinya,” katanya.
Inilah, katanya, yang seharusnya diperankan oleh wakil rakyat di DPR. Sayangnya tidak banyak yang mampu memainkan peranan ini kecuali beberapa nama yang disebutkan di atas. Bahkan di antara anggota DPR yang ada, justru yang paling menonjol Andre Rosiade dengan segala aktivitasnya yang bisa diamati oleh publik.
“Terlepas dari penilaian publik seperti apa, Andre Rosiade telah memberi warna baru dalam konteks hubungan wakli rakyat dan rakyat yang diwakilinya. Selama ini, makna keterwakilan terputus ketika anggota DPR ini terpilih. Tidak ada lagi komunikasi politik yang dihadirkan dengan konstituen kecuali ketika menjelang Pemilu. Bahkan ada ‘kekhawatiran’ dari anggota DPR ini jika mengunjungi konstituennya takut dimintai banyak hal,” katanya.
Andri mengatakan, kepiawaian seperti ini harusnya juga dimiliki oleh anggota DPR yang lain agar aspirasi masyarakat bisa disampaikan kepada pemerintah pusat. Tentu ini semua bermula dari keberanian untuk menunjukan bagaimana anggota DPR ini menyuarakan kepentingan masyarakat Sumatera Barat dalam setiap sidang di DPR.
“Saya berandai-andai jika 14 orang wakil rakyat asal Sumbar ini seperti Andre Rosiade membangun koalisi vertikal bersama masyarakat di DPR, tentu Sumatra Barat akan jauh lebih maju,” tutupnya.(rdr)

















