Ia menjelaskan arahan Presiden Prabowo Subianto bahwa MBG adalah peluang besar untuk melibatkan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Badan Usaha Milik Desa (BUMDes), UMKM, dan koperasi dalam mendukung perekonomian nasional.
“Presiden Prabowo percaya bahwa MBG mampu mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dengan memberdayakan UMKM sebagai pemasok bahan pangan.”
“Program ini menjadi motor penggerak ekonomi, menciptakan lapangan kerja, dan memperkuat perekonomian daerah,” jelasnya.
Dengan melibatkan sekitar 28.000 UMKM, koperasi, BUMDes, dan BUMD, Program MBG diproyeksikan dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,86% pada tahun pertama. Menurut ekonom, setiap 1% pertumbuhan ekonomi dapat menciptakan ratusan ribu lapangan kerja.
Budi Arie juga menegaskan bahwa pengrajin yang ingin menjadi pemasok MBG harus menjaga kualitas produk, termasuk kandungan gizi dan higienitas, sesuai standar Badan Gizi Nasional dan Kementerian Kesehatan.
Dia mengapresiasi Rumah Tempe Indonesia, yang dikelola oleh Gabungan Koperasi Tahu Tempe Indonesia (Gakoptindo), karena sudah menggunakan peralatan modern berbahan stainless steel yang sesuai standar produksi makanan.
“Kami berharap pengrajin di daerah bisa mencontoh proses produksi di sini, sehingga kualitas tempe yang dipasok untuk MBG tetap terjaga,” kata Budi Arie.
Untuk memenuhi kebutuhan bahan baku di ratusan Dapur MBG yang tersebar di pelosok Nusantara, Kementerian Koperasi berencana membangun sejumlah hub logistik.
“Setiap daerah memiliki hasil produksi khas, dan kebutuhan bahan baku MBG sangat beragam. Dengan adanya hub, pasokan ke dapur-dapur MBG akan lebih mudah terpenuhi,” jelasnya.
Ia menambahkan bahwa Program MBG merupakan bagian dari visi Indonesia Emas 2025. “Kita harus memastikan ketersediaan bahan baku. Saat ini, ada 1.232 koperasi yang sudah terdaftar di Badan Gizi Nasional untuk mendukung program ini, semuanya siap bergerak,” tutupnya. (rdr/pco)

















