Libya menjadi titik keberangkatan utama bagi para migran Afrika dan Asia yang berusaha keras menuju Eropa. Para migran itu kerap mengalami kondisi yang mengerikan di Libya sebelum berangkat ke negara tujuan. Semisal kapal yang penuh sesak, kapal yang sering tak layak sehingga di tengah jalan tenggelam atau mendapat masalah.
Tragedi di Libya itu terjadi hanya beberapa hari usai 160 migran tewas dalam sepekan terakhir karena insiden serupa. Berdasarkan data Organisasi Internasional untuk Migrasi (IOM), jumlah korban tewas sepanjang 2021 ini sebanyak 1.500 nyawa. Di tahun itu pula, menurut IOM lebih dari 30 ribu migran dicegat dan kembali ke Libya.
Uni Eropa telah bekerja sama dengan Penjaga Pantai Libya guna mengurangi jumlah migran yang tiba di pantai Benua Biru itu. Saat kembali, banyak di antara mereka yang menghadapi penganiayaan mengerikan di pusat-pusat penahanan. (cnnindonesia.com)
















