– Menguras tempat penampungan air secara berkala.
– Menutup tempat penampungan air yang tidak digunakan.
– Mendaur ulang sampah yang bisa menjadi tempat penampungan air.
Selain itu, ada juga “Plus” yang dapat dilakukan masyarakat untuk menghindari perkembangbiakan nyamuk, seperti:
– Menggunakan obat pengusir nyamuk atau tanaman pengusir nyamuk.
– Memasang kelambu saat tidur.
– Memelihara ikan di dalam wadah penampungan air untuk mengurangi jentik nyamuk.
“Upaya tambahan ini sangat penting untuk memaksimalkan upaya pemberantasan nyamuk penyebab DBD,” kata Rio Arisandi.
Pihak Dinas Kesehatan Kota Pariaman terus mengajak masyarakat untuk lebih aktif dalam menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan tidak ada tempat-tempat yang bisa menjadi sarang nyamuk. Sosialisasi mengenai penerapan 3M Plus telah dilakukan sejak beberapa tahun terakhir, namun tingkat kesadaran masyarakat masih perlu ditingkatkan.
Dinas Kesehatan juga mencatat bahwa pada periode Januari hingga Agustus 2024, tercatat 60 kasus DBD di Kota Pariaman, dengan 2 kejadian luar biasa (KLB) di beberapa wilayah. Rio Arisandi mengungkapkan bahwa meskipun pihaknya telah melakukan fogging untuk membasmi nyamuk dewasa, cara ini dinilai kurang efektif dibandingkan dengan pencegahan langsung melalui PSN yang dilakukan oleh masyarakat.
“Meskipun fogging sudah dilakukan, cara ini tidak seefektif pencegahan dengan menjaga kebersihan lingkungan dan memastikan tempat penampung air tidak menjadi sarang nyamuk,” jelas Rio.
Dinas Kesehatan Kota Pariaman berharap dengan meningkatnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan 3M Plus, angka kasus DBD di daerah tersebut dapat menurun secara signifikan. Semua pihak diharapkan bekerja sama dalam mengatasi masalah kesehatan ini agar Pariaman tetap terbebas dari wabah demam berdarah yang berbahaya. (rdr/ant)

















