Ia menyebut bahwa pompa air portabel lebih efisien karena jauh lebih murah daripada mobil damkar. Ia menyebut bahwa pompa air portabel harganya sekitar Rp78 juta, sedangkan satu mobil damkar yang kecil harganya Rp1,8 miliar.
Zulkifli menyarankan pemerintah nagari untuk menggunakan dana desa sekitar Rp125 juta untuk membeli pompa air portabel dan becak motor untuk membawa pompa air itu ke lokasi terjadinya kebakaran. Ia menyebut bahwa dana Rp125 juta itu digunakan sekitar Rp78 juta untuk membeli pompa air portabel, sedangkan selebihnya untuk membeli becak motor.
“Rp125 juta sampai Rp150 juta tidak akan berat bagi pemerintah nagari untuk membeli pompa air portabel dan becak motor dari dana besar. Tinggal dibuat saja Peraturan Bupati untuk meminta nagari membelinya sekaligus sebagai payung hukum pembelian alat itu bagi nagari,” tuturnya didampingi Kepala Bidang Damar, Syawaluddin.
Mengenai keterampilan petugas pemadam nagari untuk memadamkan api dengan pompa air portabel, Zulkifli mengatakan bahwa pihaknya akan melatih sukarelawan nagari untuk memadamkan kebakaran sesuai dengan prosedur operasi standar petugas damkar. Menurutnya, hanya butuh waktu beberapa hari untuk melatih sukarelawan nagari untuk memadamkan kebakaran dengan pompa air tersebut.
Zulkifli mengatakan bahwa pemerintah nagari tidak akan rugi untuk membeli pompa air portabel karena banyak manfaatnya. Di samping untuk memadamkan kebakaran, kata Zulkifli, pompa air itu bisa digunakan untuk menembakkan air dari sumber air ke sawah tadah hujan jika hujan tidak kunjung turun.
Mengenai kekurangan pos damkar, Zulkifli menginformasikan bahwa sudah lebih dari lima tahun tidak ada penambahan pos dan mobil damkar di Pesisir Selatan. Ia menyebut sudah sering mengajukan penambahan mobil damkar ke pemerintah kabupaten. Ia berharap bupati yang baru nanti menambah pos dan mobil damkar.
Jika ada tambahan satu pos damkar, Zulkifli mengatakan bahwa pihaknya akan menempatkannya di Silaut atau Tarusan. (rdr/ant)
















