Saat berlari, perlu memakai baju yang tepat. Karena Indonesia negara tropis, katanya, dia menyarankan pakaian yang ringan dan berwarna cerah, agar tidak menyerap sinar matahari.
3.) Istirahat yang berkualitas
Kurang tidur menjadi salah satu penyebab kram, katanya, selain karena intensitas latihan yang kurang atau berlebihan, otot kaku, serta kelelahan. Menurutnya, tidur seharusnya delapan jam, untuk memastikan kualitasnya.
4. Hidrasi yang cukup
Selain istirahat yang berkualitas, dia menyebut perlunya strategi hidrasi yang tepat. Dia mencontohkan, pada sebuah maraton, tidak ada hujan namun mendung, sehingga para peserta merasa sejuk dan tidak perlu minum. Namun saat selesai, hujan turun dengan derasnya, udara menjadi lembab, dan banyak yang terkena serangan panas (heatstroke).
Menurutnya, di antara sekian hipotesis penyebab terjadinya kram, salah satunya adalah dehidrasi. Karena kekurangan elektrolit, kemampuan kontraksi otot terganggu.
5. Atur strategi pacing
Dokter itu menyebut pentingnya membuat strategi mengenai kecepatan saat berlari, seperti kapan harus pelan dan kapan harus kencang. Karena jika tidak, maka akan terus berlari kencang, dan bisa berujung pada cedera.
“Jadi memang kita kalau mau race. Kita benar-benar mempelajari rutenya. Kita mempelajari rutenya nanjak. Apa enggak rutenya turun. Atau gimana dan segala macam. Terus kemudian kita harus punya pacing strategy,” katanya. (rdr/ant)

















