Posisi ketiga diduduki Jeffrie Geovanie-Dasman Lanin yang memperoleh 211.423 suara (15,20%). Posisi selanjutnya, Leonardy Harmainy-Rusdi Lubis dengan 120.011 suara (8,63%) dan Kapitra Ampera-Dalimi Abdullah 94.989 (6,83%).
Kalah Pilkada itu memang tak enak, dipastikan semua tim, relawan, fans paslon akan bersedih. Dampak bersedih itu ada anggota tim yang stroke, sakit, ada yang bacarai laki jo bini, ada yang tidak bisa keluar rumah.
Ada tim lingkaran cakada itu yang bawaannya marah saat kalah, sehingga memotivasi calon yang kalah ini membiayai lagi seperti demo dengan tudingan tentu kecurangan. Ada yang emosi mendorong cakada untuk melaporkan ke Bawaslu, terakhir digugat ke Mahkamah Konstitisi MK. Uang keluar lagi.
Juga ada tim yang penyabar, mendorong calonnya yang kalah sabar, agar priode Pilkada tahun depan diulang lagi maju jadi calon, insy Allah menang.
Kesemua situasi yang penulis jelaskan di atas akan dilalui oleh semua calon kepala daerah yang kalah. Namun usulan penulis agar calon kepala daerah yang kalah lebih baik mempersiapkan diri untuk ikut Pilkada tahun 2029.
“Jan dipadalam jatuah,” kata urang Piaman.
Terutama petahana yang hari ini kalah, besok ulang lagi. Sudah banyak contoh petahana kalah, periode berikut maju akhirnya menang seperti Pasaman, Pesisir Selatan, Pasaman Barat, Padang Panjang, Bukittinggi dan lainnya. (*)















