Noviar Dt Rajo Endah mengatakan penambangan Sirtu yang dilakukan masyarakat dialiran sungai, khususnya di daerah Kecamatan Sungai Pagu ini cukup membantu pemerintah.
Hal ini lantaran hampir setiap tahun dilakukan pengerukan sendimen sungai karena terjadinya pendangkalan sungai.
“Harga satu kubik sirtu kalau dari tambang rakyat di Solsel ini hanya berkisar diharga Rp60.000- Rp110.000. Sementara kalau membeli ke luar Solsel mencapai Rp350.000- Rp500.000 per kubik,” ujarnya.
Pihaknya juga mengatakan apabila aktivitas tersebut dibiarkan terlalu lama akan berdampak pada keamanan lingkungan.
Seperti, aksi pencurian karena sumber utama penghidupan sebagian masyarakat tergantung dengan Sirtu. Salah satu dampak dari pendangkalan sungai adalah mudahnya terjadi luapan air.
“Dari sisi ekonominya cukup membantu pemerintah karena tidak akan terlalu banyak mengeluarkan biaya untuk pengerukan atau normalisasi sungai disebabkan pendangkalan,” katanya.
Kemudian, dampak ekonomi lainnya, katanya, sebagian masyarakat menggantungkan hidupnya dari hasil Sirtu.
“Apalagi disaat ekonomi sulit. Tapi, untuk tambang-tambang emas yang besar dan merusak lingkungan, kami sepakat untuk ditertibkan.”
“Kita juga berharap agar pemerintah secepatnya memikirkan solusinya terhadap masyarakat yang punya kehidupan ekonomi disitu,” tutupnya.
Kendati berbagai upaya telah dilakukan, pemanfaatan tambang rakyat secara bijak dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mendukung program pemerintah sekaligus menjaga kesejahteraan masyarakat setempat. (rdr)

















