Dia mengidentifikasi tiga isu utama yang menjadi fokus perhatian. Yaitu antisipasi bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.
Kewaspadaan terhadap ancaman banjir lahar dingin di sekitar Gunung Lewotobi dan penguatan upaya mitigasi bencana yang terintegrasi.
“Peningkatan ini diprediksi akan semakin intensif pada periode 20 hingga 26 Desember 2024,” jelas Dwikorita.
Dwikorita menambahkan bahwa faktor dinamika atmosfer seperti gelombang ekuator dan fenomena Madden Julian Oscillation (MJO) turut memengaruhi potensi cuaca ekstrem tersebut.
Ia berharap, dengan informasi yang telah disampaikan, Kementerian PU dapat memanfaatkannya untuk mempersiapkan langkah-langkah mitigasi yang efektif.
“Langkah antisipasi sangat penting untuk memastikan infrastruktur tetap kokoh menghadapi potensi bencana hidrometeorologi,” imbuhnya.
Menanggapi paparan BMKG, Wakil Menteri PU, Diana Kusumastuti, mengapresiasi data dan analisis yang diberikan. Diana menegaskan bahwa pihaknya akan segera mengambil langkah konkret untuk memastikan kesiapan infrastruktur.
“Kami akan memperkuat tanggul, mengoptimalkan saluran drainase, serta meningkatkan pengawasan di wilayah rawan banjir dan longsor,” ujarnya. (rdr)

















