Untuk shelter tsunami yang ada saat ini hanya di Maligi, Kecamatan Sasak Ranah Pasisie dengan ukuran bangunan sekitar 12×12 meter empat tingkat kapasitas 800 orang.
Sedangkan kebutuhan shelter saat ini di Katiagan Kinali, Sasak, Pulau Panjang ,Kecamatan Sungai Beremas, Mandiangin Kinali, Sikilang, Kecamatan Sungai Aur, dan Sikabau, Kecamatan Koto Balingka.
Kebutuhan shelter di daerah pesisir pantai sangat dibutuhkan, karena pada umumnya daerah pantai merupakan daerah terpencil. Jalan menuju daerah itu juga masih menyisir pantai.
“Akses jalan itu masih menyisir pantai. Jika terjadi tsunami, warga dipastikan sulit keluar menyelamatkan diri, sehingga diperlukan selter,” katanya.
Ia menjelaskan Pasaman Barat merupakan salah satu daerah yang rawan bencana. Mulai dari banjir, longsor, gempa, dan tsunami.
Selain melakukan sosialisasi ke masyarakat terkait waspada bencana, juga berkolaborasi dengan nagari (desa) membentuk kelompok siaga bencana dari anggaran nagari. “Mitigasi dan kelompok siaga bencana di nagari sangat dibutuhkan dalam penanggulangan bencana,” katanya. (rdr/ant)

















