Pada kesempatan itu, ia mengatakan setelah dilakukan uji coba penerapan modul WTBOS dengan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) di dua sekolah, hasilnya belum optimal karena keterbatasan waktu.
Namun, dari uji coba yang dilakukan di SMAN 1 Solok dan SMAN 1 Sumatera Barat pihaknya menilai antusias anak didik tergolong tinggi. Apalagi, bahan ajar ini mengedepankan kearifan lokal di masing-masing daerah.
“Kita melihat saat padat karya dilakukan anak-anak ini sangat luar biasa, kreatif dan inovatif,” ujar dia.
Modul WTBOS yang digagas Direktorat Pengembangan dan Pemanfaatan Kebudayaan, Kementerian Kebudayaan itu merupakan model atau rujukan yang dapat dikembangkan ulang oleh satuan pendidikan.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Sumbar Barlius mengatakan modul WTBOS tidak hanya diajarkan dalam bentuk teori, namun juga praktik seperti ekstrakurikuler.
Misalnya, anak didik akan diajak berkunjung ke Tambang Batubara Ombilin Sawahlunto untuk melihat lebih dekat jejak-jejak sejarah di Kota Arang. Setelah itu, peserta didik diminta membuat artikel tentang pengalaman kunjungan sebagai tugas sekolah. (rdr/ant)

















