Dia tidak memungkiri keberadaan nabi ada dimana saja, termasuk di Indonesia. “Biasanya mereka memiliki sifat lemah lembut dan bisa menyelamatkan semua orang,” paparnya.
Sementara itu, secara ajaran Islam yang sahih, tidak ada nabi setelah Nabi Muhammad SAW, baik di Indonesia maupun di tempat lain.
Al-Qur’an dan Hadis, Nabi Muhammad SAW disebut sebagai nabi terakhir (Khatamun Nabiyyin), yang berarti tidak akan ada nabi atau rasul setelah beliau.
Namun, dalam sejarah Indonesia, ada beberapa kelompok atau individu yang mengklaim dirinya sebagai nabi atau penerima wahyu setelah Nabi Muhammad.
Klaim-klaim ini tentu saja bertentangan dengan ajaran Islam yang benar. Misalnya:
- Ahmadiyah: Salah satu contoh adalah kelompok Ahmadiyah yang mendakwa adanya nabi setelah Nabi Muhammad, yaitu Mirza Ghulam Ahmad. Mereka mengklaim bahwa Mirza Ghulam Ahmad adalah seorang nabi atau pembaharu, tetapi ajaran ini dianggap sesat oleh sebagian besar ulama Islam di Indonesia dan dunia, karena bertentangan dengan keyakinan bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir.
- Tuhan Yang Maha Esa dan aliran-aliran sesat: Beberapa kelompok lain di Indonesia juga pernah muncul dengan klaim-klaim semacam ini. Mereka mungkin mengklaim bahwa mereka menerima wahyu atau wahyu baru, tetapi lagi-lagi klaim seperti ini bertentangan dengan ajaran Islam yang sahih.
Secara keseluruhan, klaim adanya nabi setelah Nabi Muhammad SAW adalah tidak benar menurut ajaran Islam.
Umat Islam yang mengikuti ajaran yang sahih, baik di Indonesia maupun di seluruh dunia, meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah nabi terakhir, dan tidak ada nabi atau rasul setelah beliau. (rdr)

















