Menurutnya, pengembangan wisata yang berpadu dengan pelestarian alam merupakan langkah bijak yang perlu didukung dan ditiru oleh desa-desa lain.
Selain pengembangan ekowisata, Desa Amping Parak juga dikenal dengan upaya pelestarian penyu yang langka.
Desa ini menjadi salah satu lokasi penangkaran penyu penting bagi ekosistem laut di Sumatera Barat.
“Keberadaan penyu di daerah ini tidak hanya menarik minat wisatawan tetapi juga menjadi edukasi bagi masyarakat dalam menjaga keseimbangan alam,” jelas Mahyeldi.
Selain itu, kehadiran Mahyeldi disambut antusias oleh masyarakat setempat, terutama para nelayan yang ikut serta dalam tradisi unik Maelo Pukek, sebuah tradisi lokal yang penuh makna kebersamaan.
Desa Amping Parak dikenal sebagai desa wisata yang menggabungkan konsep ekowisata dengan ketangguhan bencana, menjadikannya salah satu yang pertama di Sumatera Barat yang menerapkan model ini.
Mahyeldi turut serta dalam proses menangkap ikan bersama para nelayan, menunjukkan dukungannya terhadap masyarakat pesisir.
“Dengan keunikannya, Desa Wisata Amping Parak diharapkan mampu menjadi contoh bagi desa-desa lain dalam mengembangkan ekowisata yang tidak hanya menarik minat wisatawan tetapi juga menjaga ketangguhan masyarakat dalam menghadapi potensi bencana,” pungkasnya. (rdr)

















