Selain Buya Syafii Maarif, sosok Khatib Sulaiman dan Syekh Sulaiman Ar-Rasuli atau yang lebih dikenal dengan Inyiak Canduang juga dinilai layak dan patut disematkan sebagai pahlawan nasional.
Syekh Sulaiman Ar-Rasuli merupakan ulama besar kelahiran Kabupaten Agam yang diketahui mendirikan Persatuan Tarbiyah Islamiyah atau Perti pada 1928. Tokoh ini juga dikenal luas figur yang menyebarluaskan gagasan “Adaik basandi syarak, syarak basandi kitabullah.” Ia juga berperan besar mengusir penjajah dari Tanah Minangkabau.
Kemudian, Khatib Sulaiman gugur dalam Peristiwa Situjuah pada 15 Januari 1949 bersama 68 pejuang lainnya yang dibunuh oleh Belanda. Saat itu ia menjabat sebagai Ketua Markas Pertahanan Rakyat Daerah dalam struktur Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) yang dipimpin oleh Syafruddin Prawiranegara.
Atas kontribusi besar ketiganya, penulis buku berjudul “Pemerintahan Daerah Sumatera Barat: Dari VOC Hingga Reformasi” tersebut sudah sepatutnya pemerintah mengakui dan menyematkan gelar pahlawan nasional sebagai bentuk penghargaan tertinggi.
Meskipun belum menyandang status pahlawan nasional, Gusti Asnan optimistis ketiga segera ditetapkan sebagai pahlawan nasional oleh pemerintah pusat. Sebab, setiap tahunnya hampir setiap daerah di tanah air selalu mengusulkan nama-nama untuk ditetapkan sebagai pahlawan nasional.
Kementerian Sosial bersama Dewan Gelar Pahlawan tentunya akan menetapkan skala prioritas nama-nama yang lebih dulu dianugerahkan sebagai pahlawan nasional tanpa mengenyampingkan nama lainnya. (rdr/ant)

















