“Isi chating Amaik adalah tentang dirinya yang galau dan akan pergi ke Jepang, tanggal 20 akan mengurus paspor,” kata Helton.
Selang dari putus kontak, barulah pihak keluarga melapor ke Polres Metro pada Rabu (30/11/2024) sekitar pukul 13.15 WIB. Polisi dari Polsek Pasar Rebo pun menemukan tas berisi dokumen milik Amaik.
“Menurut polisi, tas itu ditemukan tanggal 28 Oktober 2024 di depan terminal Kampung Rambutan Jaktim,” kata Helton.
Selanjutnya, pada tanggal 5 November 2024 lalu, pihak keluarga mendapat informasi dari Polsek Metro bahwa Amaik sudah di Rumah Sakit dalam kondisi meninggal dengan luka robek sebanyak 29 jahitan di kepalanya dan tubuh lainnya lebam.
Selain itu, pihak RS Kramat Jati juga menyebutkan, pada tanggal 24 Oktober, korban diantarkan oleh massa dengan kondisi sudah meninggal dunia. Jadi mayat Amaik, tersimpan di kamar mayat selama 11 hari.
“Para pengantar melaporkan bahwa mayat ini adalah korban pengeroyokan massa atas tuduhan copet,” ujar Helton kemudian.
Mendapatkan fakta tersebut, keluarga Amaik tidak terima. “Kami mendesak penegak hukum memproses dan mengusut kematian anak kemenakan kami. Kami butuh bantuan semua pihak, terutama perantau,” jelasnya.
Amaik sendiri menjadi buah bibir, terutama bagi para penumpang bus antar pulau rute Lubuk Basung (Agam-Sumbar) ke Jakarta.
Pria berwajah ganteng asal Balai Selasa Kecamatan Lubuk Basung, Kabupaten Agam itu terkenal sopan dan ramah, sehingga membuat nyaman pengguna jasa bus bermerek dinding Al Hijrah tersebut. (rdr)

















